Diposkan pada #Bersyair

Mengadu

Hai, kamu sedang apa?

Aku ingin cerita

Ada dia yang semena-mena

Dia minta kaupukul bokongnya

Pukul ya, jangan lupa

Aku marah sekali kepadanya

Kamu benar, dia memang berbahaya untuk aku

Berbahaya sekali

Kamu selalu tepat

Untuk aku

Meski kamu pergi

Diposkan pada #Ceritaku

Jangan Takut Sendiri Selama Pandemi

Ini sudah lebih dari pertengahan tahun ya. Kira-kira kita sudah berada di masa pandemi, sudah lebih dari tiga bulan, sedang menuju ke enam bulan, sejak bulan Maret lalu. Banyak hal yang berubah memang, termasuk dengan diberlakukan banyak kebiasaan baru, yang utamanya adalah #TetapPakaiMasker #RajinCuciTangan dan #TetapJagaJarak .

Semuanya dilakukan untuk saling menjaga. Mimpi kita masih banyak dan tentu saja masih banyak yang harus kita perjuangkan.

Dari semua rangkaian hal yang kita jalani saat ini, banyak yang menjadi merasa sendiri, sepi bahkan menerima ujian yang bertubi-tubi.

Aku jadi ingat, waktu itu bulan Januari 2020. Kebetulan aku masih jadi murid dari seorang guru. Waktu itu seperti biasa kami berdiskusi tentang berbagi topik. Pilihan topik hari itu adalah seberapa kamu sanggup sendirian dan berkomunikasi dengan orang yang terbatas?

Sejujurnya aku tidak pernah mengira bahwa akan ada topik mengenai hal itu. Akhir-akhir sebelum waktu itu, memang sedang kerap membahas tentang introvert dan ekstrovert, kepercayaan diri, kepedulian kepada orang lain, relationship language dan semacamnya.

Kemudian dari topik itu diberikan gambaran bahwa selama “hidup sendiri” itu kita berada di tempat yang cukup terpencil, tapi masih ada sinyal internet dan minimarket-minimarket. Kita hanya bisa keluar dari tempat tinggal ketika untuk berbelanja memenuhi kebutuhan kita, itu pun dibatasi, tidak boleh terlalu sering. Rumahnya, rumah biasa sebagaimana mestinya, tipe 21 lah ya… tapi kita benar-benar sendiri di rumah itu. Mengenai komunikasi jarak jauh, kita hanya boleh menghubungi orang-orang terdekat dan circle yang kecil saja, misal keluarga dan sahabat terdekat.

Akhirnya muncul jawaban 1-3 bulan, 3-6 bulan. Ahahaha.. lumayan juga ya.

Barangkali saat itu semua jawaban adalah khayalan belaka. Namun, beberapa waktu kemudian, hingga saat ini, semua percakapan itu menjadi kenyataan sekian persennya. Lama-lama banyak juga yang jadi merasa sendiri, sudah tidak betah karena tidak bisa bertemu dengan orang-orang dalam komunitasnya, sudah rindu bepergian ke sana kemari. Padahal, sudah banyak kegiatan daring yang dilakukan mulai dari yang resmi hingga yang santai. Ternyata dalam beberapa hal, pertemuan fisik menjadi sebuah hal yang begitu diinginkan.

Ada kalanya memang seseorang akan merasa kesepian, kemudian sedih, dan diikuti oleh rasa-rasa tak berarti lainnya. Bagaimanapun, manusia juga merupakan makhluk sosial. Kalau menurut Erich Fromm, seorang ahli Psikologi Sosial, mengatakan bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebersamaan dengan orang-orang lainnya. Kemudian, seseorang akan memiliki kebutuhan untuk berkembang, ya harus kita ingat bahwa manusia dikaruniai kreativitas untuk melakukan sesuatu. Bisa ke arah positif atau ke arah negatif.

Dalam paparan teorinya, Fromm juga menyatakan bahwa manusia juga berkembang sebagai individu, hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan manusia dalam memiliki entitas, yang kemudian diterjemahkan dalam identitas diri, siapakah dirinya dan seperti apa dirinya. Meski menyatu dalam sebuah kelompok, manusia tetap memiliki identitasnya masing-masing.

Nah, di saat seseorang sendirian, maka ia membutuhkan petunjuk atau arah yang dijadikan acuan. Seseorang akan memiliki tujuan dalam hidupnya, menurut Fromm dalam proses ini sesorang membutuhkan frame of orientation. Hal ini akan membantu individu untuk menalar sebuah kejadian.

Kalau menurut aku, memang wajar ketika seseorang merasakan kesepian setelah terpisah lama dengan circle yang selama ini dia miliki. Kemampuan orang bertahan dalam kesendirian juga berbeda-beda. Ya itu tadi, seberapa tinggi kebutuhan dia berkembang, memahami dirinya dan kepemilikan terhadap suatu tujuan dalam hidupnya.

Namun dengan saling memahami satu sama lain perihal kebutuhan seseorang, semestinya kita bisa saling menyelamatkan dalam circle kita. Jangan lupa untuk mengenali diri dan memahami tujuan hidup kita sendiri. Kenapa? Supaya kita tak mudah terjebak dalam rasa tidak aman yang berlebihan. Pemehuhan terhadap kebutuhan diri, seperti cinta dan rasa bahagia, harus diperhatikan oleh diri sendiri.

Memperbanyak kegiatan yang bermanfaat dan mengasah kreativitas, akan membuat kita lebih positif dalam memandang diri. Tidak menjadi toxic juga bagi diri sendiri. Jadi, ketika sendiri, manfaatkan untuk mengembangkan diri dan instrospeksi. Bukan malah meratapi dan merutuki diri.

Masih takut sendiri? Sedih karena sendiri? Ayo berbagi cerita di sini! 🙂